suaralama.id
  • KONTAK
  • REDAKASI
  • COPYRIGHT
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
Selasa, 17 Juni 2025
  • Masuk
  • Buat akun
  • Nasional
  • Daerah
    • Semarang
    • Wonosobo
    • Magelang
    • Temanggung
    • Yogyakarta
    • Purworejo
    • Kebumen
    • Banjarnegara
    • Sukoharjo
    • Kulon Progo
  • Kuliner
  • Mistik
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Properti
  • Perbankan
Tidak ditemukan
Lihat semuanya
  • Nasional
  • Daerah
    • Semarang
    • Wonosobo
    • Magelang
    • Temanggung
    • Yogyakarta
    • Purworejo
    • Kebumen
    • Banjarnegara
    • Sukoharjo
    • Kulon Progo
  • Kuliner
  • Mistik
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Properti
  • Perbankan
Tidak ditemukan
Lihat semuanya
suaralama.id
Tidak ditemukan
Lihat semuanya
Home Daerah

Imogiri Makam Para Raja Jawa

Oleh suaralama.id
10 Oktober 2022
Daerah, Mistik, Yogyakarta
Waktu baca: 4 mins read
A A
0

BANTUL, suaralama.id – Makam Imogiri adalah lokasi peristirahatan terakhir Raja-Raja Mataram dan keluarganya. Dibangun Sultan Agung pada 1613 dengan arsitek kompleks makam di Imogiri bernama Kyai Tumenggung Citrokusumo, makam ini tidak hanya sakral. Berusia 400 tahun, makam ini menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai negara.

Kompleks pemakaman ini terletak kurang lebih 16 km di sebelah selatan Keraton Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Imogiri berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri bisa diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut.

BACA JUGA:

Imigrasi Jaring 170 WNA dalam Operasi Wira Waspada

Yuldi Yusman Gantikan Saffar M. Godam sebagai Plt. Dirjen Imigrasi

Kakanim Wonosobo ke Magelang, Bahas Sinergi Layanan Keimigrasian dan Dukungan Kenaikan Kelas Kantor

Pemilihan bukit sebagai lokasi makam tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat Jawa pra Hindu yang memandang bukit, atau tempat yang tinggi, sebagai suatu tempat yang sakral dan menjadi tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Selain itu, pemilihan lokasi di tempat yang tinggi pun merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat Hindu yang menganggap semakin tinggi tempat pemakaman, maka semakin tinggi pula derajat kemuliaannya.

Area pemakaman ini, termasuk raja-raja era Kraton Yogyakarta dan Surakarta, punya sejarah panjang, dibangun sejak masa Sultan Agung, pemimpin terbesar Kesultanan Mataram Islam. Dijelaskan dalam buku Jejak Masa Lalu: Sejuta Warisan Budaya (2004) suntingan Arwan Tuti Artha dan ‎Heddy Shri Ahimsa Putra, makam raja-raja Mataram di puncak bukit ini dibangun atas gagasan Sultan Agung (1613-1645).

Bukit ini dinamakan Pajimatan Girirejo, terletak di Bantul, arah selatan Kota Yogyakarta, tak jauh dari pantai selatan. Pembangunan kompleks makam raja-raja di Imogiri ini dimulai pada 1632, atau memasuki dekade kedua era Sultan Agung. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram Islam kala itu berada di Kotagede, dekat pusat Kota Yogyakarta sekarang.

Sebelum dibangunnya kompleks makam raja-raja di Imogiri, Sultan Agung sebenarnya sudah merencanakan area pemakaman khusus yang dinamakan Girilaya. Perancangnya adalah paman sultan yang bernama Panembahan Juminah, salah satu putra Sutawijaya alias Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram Islam. Namun, di tengah proses pembangunan makam itu, Panembahan Juminah wafat.

Sultan Agung pun membatalkan rencana penggunaan kompleks makam tersebut untuk raja-raja Mataram. Panembahan Juminah dikuburkan di Makam Girilaya sebagai bentuk penghormatan Sultan Agung kepada paman tercintanya tersebut.

Makam Raja
Nindyasti Dilla Himaya lewat kajiannya bertajuk “Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri Yogyakarta” (2017) yang terangkum dalam Prosiding Seminar Heritage Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), mengungkapkan, arsitek kompleks makam di Imogiri bernama Kyai Tumenggung Citrokusumo, orang kepercayaan Sultan Agung. Kyai Tumenggung Citrokusumo merancang kompleks pemakaman tersebut dengan perpaduan unsur Jawa (Hindu) dan Islam, juga dibangun masjid di dalamnya.

Hingga kini, bangunan masjid tersebut tetap terjaga dan sesuai dengan bentuk aslinya. Area pemakaman ditempatkan di puncak bukit. Untuk mencapainya harus menaiki tingkat yang berjumlah 409 anak tangga dengan kemiringan 45 derajat dan lebar sekitar 4 meter. Menurut mitos setempat, barangsiapa saat menaiki anak tangga itu dapat menghitung jumlahnya dengan tepat, maka keinginannya akan terkabul.

Sebagaimana namanya, kompleks makam Imogiri memang diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi raja-raja Mataram Islam dan raja-raja turunannya, hingga terbelahnya Dinasti Mataram menjadi dua kerajaan yang masih eksis hingga saat ini, yakni Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Area pemakaman ini, seperti diuraikan dalam tulisan Nindyasti Dilla Himaya, dibagi menjadi tiga wilayah utama, yaitu Astana Kasultan Agung, Wilayah Makam Raja-raja Surakarta, dan Wilayah Makam Raja-raja Yogyakarta. Di kawasan Astana Kasultan Agung terdapat makam Sultan Agung, Kanjeng Ratu Batang (istri Sultan Agung), Amangkurat II (pendiri Kasunanan Kartasura setelah runtuhnya Mataram Islam), dan Amangkurat III (raja kedua Kasunanan Kartasura).

Sedangkan di wilayah makam raja-raja Surakarta dikebumikan Pakubuwana I (raja ketiga Kasunanan Kartasura) dan para penguasa Kasunanan Surakarta dari Susuhunan Pakubuwana II hingga Pakubuwana XII. Terakhir adalah wilayah makam raja-raja Yogyakarta untuk sebagai tempat persemayaman terakhir para pemimpin Kasultanan Yogyakarta, dari Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwana I hingga Hamengkubuwana IX, kecuali Hamengkubuwana II yang dimakamkan di Kotagede, bekas ibukota Mataram Islam.

Di area pemakaman Imogiri juga terdapat lokasi penguburan sosok yang dianggap pengkhianat, yaitu Tumenggung Endranata. Terungkap dalam buku G. Moedjanto berjudul The Concept of Power in Javanese Culture (1986), Tumenggung Endranata adalah Bupati Demak yang sempat menjadi salah satu panglima perang andalan Sultan Agung, termasuk dalam upaya penyerangan ke markas VOC di Batavia pada 1628 dan 1629.

Beberapa sumber menyebut, Tumenggung Endranata telah membocorkan posisi basis tentara dan logistik pasukan Kesultanan Mataram Islam saat penyerangan ke Batavia pada 1629. Seperti diketahui, upaya menyerang VOC yang dimotori Sultan Agung itu gagal total.
Pengkhianatan Tumenggung Endranata membuat Sultan Agung murka. Panglima perang Mataram itu pun diadili dan dijatuhi hukuman mati. Tubuhnya dipenggal menjadi tiga bagian.

Ketiga potongan tubuh ini kemudian ditanam di jalur anak tangga yang mengarah ke kompleks pemakaman raja-raja di Imogiri, sehingga jasad si pengkhianat terinjak-injak oleh orang yang sedang menaiki anak tangga tersebut. Kompleks makam raja-raja di Imogiri saat ini sudah berusia 387 tahun, dan terus dipergunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir raja-raja turunan Mataram, yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.(pur)

ShareTweetSendShareShareScan
Sebelumnya

Ratu Kalinyamat Membawa Jepara Jaya

Berikutnya

Pindang Serani Santapan Berkuah Penggoyang Lidah

suaralama.id

TerkaitBerita

Imigrasi Jaring 170 WNA dalam Operasi Wira Waspada

Oleh suaralama.id
12 Juni 2025
0

JAKARTA, suaralama.id – Direktorat Jenderal Imigrasi berhasil mengamankan sebanyak 170 warga negara asing (WNA) dari 27 negara dalam operasi Wira...

Yuldi Yusman Gantikan Saffar M. Godam sebagai Plt. Dirjen Imigrasi

Oleh suaralama.id
16 Juni 2025
0

JAKARTA, suaralama.id – Direktorat Jenderal Imigrasi resmi melepas Saffar Muhammad Godam dari jabatannya sebagai (Plt) Direktur Jenderal Imigrasi. Acara pelepasan berlangsung...

Kakanim Wonosobo ke Magelang, Bahas Sinergi Layanan Keimigrasian dan Dukungan Kenaikan Kelas Kantor

Oleh suaralama.id
12 Juni 2025
0

MAGELANG, suaralama.id – Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo, Imam Bahri, didampingi Kasubsi TI, Dani Aprianto melakukan silaturahmi...

Bupati Temanggung Agus Setyawan Tinjau Loket Imigrasi di MPP

Oleh suaralama.id
26 Maret 2025
0

Temanggung, suaralama.id– Dalam rangka kunjungan kerja, Bupati Temanggung Agus Setyawan, S.E., meninjau langsung pelayanan publik di Mal Pelayanan Publik (MPP)...

Pengelola Penginapan Wajib Laporkan Keberadaan Tamu Asing Lewat APOA

Oleh suaralama.id
9 April 2025
0

NASIONAL, suaralama.id - Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi meluncurkan Aplikasi Pengawasan Orang Asing (APOA) terbaru untuk mengoptimalkan pengawasan keberadaan orang asing...

Berikutnya

Pindang Serani Santapan Berkuah Penggoyang Lidah

Please login to join discussion
  • KONTAK
  • REDAKASI
  • COPYRIGHT
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
Part of PT Mercusuar Media Utama

© 2023 suaralama.id Mercusuar Network .

Tidak ditemukan
Lihat semuanya
  • Nasional
  • Daerah
    • Semarang
    • Wonosobo
    • Magelang
    • Temanggung
    • Yogyakarta
    • Purworejo
    • Kebumen
    • Banjarnegara
    • Sukoharjo
    • Kulon Progo
  • Kuliner
  • Mistik
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Properti
  • Perbankan

© 2023 suaralama.id Mercusuar Network .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Go to mobile version