KEBUMEN, suaralama.id – Desa Logede, Kecamatan Pejagoan, Kebumen terdapat produksi tahu yang masih eksis hingga sekarang.
Sedikitnya ada delapan orang yang bergelut dalam produksi makanan berbahan kedelai itu. Salah satunya Wahyu Catur, warga RT 01 / RW 04 Dukuh Kolese desa setempat. Usahanya ini merupakan warisan orang tuanya yang dirintis sejak 1980.
‘’Awalnya dirintis oleh mbah saya, kemudian diteruskan bapak saya dan mulai 2007, saya sendiri yang melanjutkan hingga sekarang,” kata Wahyu.
Dalam sehari, ia mengaku menghabiskan satu kuintal kedelai yang diolah menjadi 3.000 – 4.000 potongan tahu. Begitu juga tujuh produsen tahu lainnya di desa setempat.
Malah, salah satu di antaranya, Slamet, dalam sehari bisa memproduksi hingga 5.000 tahu. “Tenaga kerjanya tiga sampai lima orang,” tutur Slamet yang memroduksi tahu secara turun temurun itu.
Memgenai harganya cukup bervariatif, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 10.000 per 10 biji. Adapun proses pembuatanya melalui beberapa tahap. Mulai dari menggiling kedelai menjadi tepung, hingga memasak menjadi tahu.
Satu lagi yang sampai kini masih tetap dipertahankan, yaitu tahu diproduksi tanpa menggunakan bahan pengawet.
Maka, tahu asal Logede pun legendaris karena memiliki kekhasan tersendiri.
Slamet menjelaskan perlu penambahan produksi untuk memenuhi permintaan yang cukup tinggi. Selama ini, produksi tahu yang masih menggunakan cara tradisional itu belum bisa memenuhi permintaan tersebut. Kendala utamanya pada bahan baku kedelai yang masih impor. (rif)