YOGYAKARTA, suaralama.id – Berkarya tidak mengenal usia. Berkarya bisa di mana saja dan kapan saja dalam situasi apapun. Inilah yang menjadi semangat pelukis Yogyakarta yang terus mencipta di tengah wabah Covid-19.
Mereka mengawali tahun 2022 dengan memajang hasil karya sebagai momentum kebangkitan.
Empat generasi pelukis menghadirkan karyanya di lobi Hyatt Regency Yogyakarta. Mereka berkolaborasi dengan Yayasan Dharmatika Budaya Nusantara dan Royal House Cultural Activities. Lembaga tersebut rutin mengadakan kegiatan seni budaya. Kali ini pameran bertajuk ”The Rise of 4 Painters from 4 Generations”.
Salah satu pelukis, Kartika Affandi, yang kini telah berusia 87 tahun. Darah seni mengalir dari ayahnya maestro lukis Indonesia, Affandi. Perjalanan karir Kartika bermula ketika ia mengikuti pameran bersama di Museum Modern of Art, Rio De Janeiro, Brazil, 1964.
Ia juga pernah menyabet beberapa penghargaan seperti Master of Painter dari Youth of Asian Artist Workshop (1985), Outstanding Artist dari Mills College di Oakland, California (1991).
”Ada sejumlah lukisanyang saya pamerkan, antara lain Beringin di Campuhan Bali, Taman Rembrandt, Kuil Jepang, Pantai Pelabuhan Ratu, dan Babi dan Anak-anaknya,” tutur Kartika.
Wadah Seniman
Pelukis lain, Artha Pararta Dharma. Ia menampilkan karya bergaya figuratif dan ekspresionis yang banyak mengangkat kehidupan dan budaya Jawa. Ia memasukkan ornamen-ornamen di dalamnya.
Ia mulai belajar melukis dari usia 13 tahun di bawah asuhan pamannya yang juga seorang seniman terkenal, Bagong Kusudiharjo.
Lukisannya memiliki daya magnet tinggi, terlihat dari goresan yang ekspresif, spontan serta komposisi warna yang cerah. Seperti karyanya yang bertajuk Gatotkoco Gugur, Lahirnya Batara Kala, dan masih banyak lagi.
Nasirun, pelukis yang juga kolektor seni juga menampilkan karya. Ia menggunakan elemen kebudayaan Jawa dalam setiap karya yang bergaya kontemporer ekspresionis. Diponegoro dan Istri Melihat Merapi, Harmoni, Linggo Yoni, dan Ungu Menentang Ide Buruk merupakan karya pamerannya.
Pengalaman Nasirun cukup banyak. Ia mendapatkan penghargaan antara lain McDonald’s Award pada Lustrum Institut Seni Indonesia Yogyakarta ke-10 dan Philip Morris Award 1997.
Satu lagi, Jumaldi Alfi yang menampilkan Postcard from The Past #4 dan Postcard from The Past #6. Ia perupa kontemporer yang telah memamerkan karya di berbagai kota di dalam maupun luar negeri. Ia juga masuk bersama 20 perupa Indonesia lainnya dalam daftar 500 pelukis terlaris di dunia berdasarkan Top 500 Artprice 2008/2009.
”Pameran merupakan bagian dari Rumah Budaya Hyatt, sebuah program inisiasi kami untuk menjadi wadah karya seni agar tetap eksis dan terjaga,” tandas General Manager Hyatt Regency Yogyakarta, Nurcahyadhi.
Penulis: Agung PW