YOGYAKARTA, suaralama.id – Tiga mahasiswa berkebutuhan khusus, salah satunya Devita Amalia Anggraini, mengikuti wisuda sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan tersebut menyandang tunadaksa.
Namun demikian, itu tak menghalanginya meraih cita-cita menjadi sarjana pendidikan luar biasa, sesuai keinginannya.
Devita menuturkan, ia mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan pada usia tumbuh kembang yang menyebabkan adanya kesulitan mobilitas.
Ia tidak dapat berjalan normal. Pada awal usia sekolah dasar, dirinya masih bisa berjalan tanpa alat bantu namun seiring pertambahan usia terdapat perbedaan panjang antara kaki kanan dan kiri.
”Akhirnya perlu penambahan alat bantu kruk untuk menunjang mobilitas secara mandiri. Kaki kiri yang mengalami kondisi tidak normal sedangkan kaki kanan masih bisa beraktivitas,” ungkapnya.
Ia dapat berjalan tanpa perlu memegang kruk dan dapat mengangkat atau memindahkan barang tanpa hambatan. Mobilitasnya mandiri apalagi ada sepeda motor dengan modifikasi tertentu sehingga menunjang kegiatannya.
Dukungan Orangtua
Gadis kelahiran Jogja, 24 Desember 1997 tersebut menempuh semua jenjang pendidikan umum, dengan mempertimbangkan jarak tempuh rumah-sekolah. Prinsipnya, ia harus mandiri agar tidak merepotkan orang lain.
”Saya masuk ke UNY melalui jalur mandiri setelah setahun lulus SMK. Pilihan utama memang di Pendidikan Luar Biasa supaya bisa memberi motivasi dan membantu difabel,” imbuh Devita.
Ayahnya, Wartadi, buruh masak dan ibunya, Wiwik mengurus rumah tangga. Kedua sangat mendukung anaknya untuk mencari ilmu setinggi-tingginya.
Beruntung, Devita memperoleh bantuan dari sebuah lembaga yang meringankan biaya pendidikannya.
Ia sangat bersyukur lembaga tersebut selain memberikan bantuan finansial juga selalu memberi bantuan psikologis.
Ia juga memperoleh beasiswa Afirmasi Pendidikan Difabel selama penyelesaian program studi. Dengan begitu, ia bisa melunasi tagihan uang kuliah selama tiga semester.