MAGELANG, suaralama.id – Sedikitnya 35 seniman mengikuti pameran seni rupa di Loka Budaya Soekimin Adiwiratmoko, Kota Magelang. Karya-karya mereka meyuguhkan refleksi soal penjara secara manasuka.
Semacam boneka menggantung tepat di tengah ruang. Ia membetot perhatian dengan ukurannya yang cukup besar, terlebih terletak di pintu masuk.
Dua boneka ini mengingatkan akan monster dalam film animasi Monsters, Inc. (2001). Satu figur memiliki kepala yang menyatu dengan kaki, satu figur memiliki dua kepala yang menyatu dengan tangan. Salah satu kaki dan tangan ini saling terhubung oleh rantai berwarna kuning.
Instalasi bergaya pop art dengan titel “Rantai Toleransi” tersebut ialah karya duo seniman foreverhellopino (frvrthp).
Instalasi karya frvrthp merupakan salah satu karya yang ditampilkan dalam pameran bertajuk “Gandheng Ceneng #1”. Pameran berlangsung mulai 19-26 Maret 2022.
Seniman Wanted Terror Kota, perwakilan kolektif seni Ondho Ulo, dalam acara pembukaan Gandheng Ceneng #1, Jumat (18/3) malam, menuturkan kolektifnya ialah penggagas awal pameran Gandheng Ceneng #1.
Ondho Ulo lantas mengajak seniman-seniman asal Magelang lainnya untuk berpameran. Tak sekadar unjuk karya, tetapi ini “ikhtiar meneguhkan temali batin persaudaraan dan semangat kebersamaan.”
Mengangkat tema penjara, kata Wanted Terror Kota, secara metaforis, adalah upaya keluar dari kungkungan atau batasan. Entah batasan dari eksternal ataupun internal diri.
Upaya meretas dari batasan membuat semua karya seolah liar terekspresikan. Asrul Sani, misalnya, menampilkan seorang perempuan berpakaian jarik tengah duduk. Dengan latar belakang lanskap alam, lukisan bertitel “Senandung Pengaduan” ini memparodikan Mona Lisa garapan Leonardo da Vinci pada abad ke-16.
Karya lain yang menarik perhatian ialah lukisan garapan Wahudi Magentara yang bertajuk “Imperious”. Dengan cat air, Wahudi menampilkan gelembung-gelembung dengan beragam ukuran dan beragam warna muram; indranila, jerau, pinggala, hartal, nilakandi, dan lain-lain.
Dari sejumlah gelembung, ada perempuan telanjang tengah duduk memeluk lutut di dalamnya. Ada pula yang terisi ikan mas koki berwarna jingga menyala.
Dengan menampilkan figur perempuan, Wahudi mungkin hendak mengabarkan bahwa dunia ini sangat membatasi peran-peran perempuan. Yakni dunia yang patriarki dan maskulin.
Oei Hong Djien, kolektor kenamaan asal Magelang, menilai mutu karya para seniman bukanlah yang utama kendati tak bisa dikesampingkan pula. Namun, ada pameran seni rupa di Magelang saja, dia mengaku sudah cukup senang.
“Harus sering pameran. Apalagi, seniman sampai sekarang terkendala tempat yang layak dan murah untuk pameran. Ini (pameran Gandheng Ceneng #1) ideal,” ujar Pak Dokter, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Papa Riyadi mengatakan, pihaknya akan menggiatkan kegiatan seni dan budaya yang berkolaborasi dengan Dewan Kesenian Kota Magelang.
Papa bilang Pemerintah Kota Magelang mengalokasikan dana Rp100 juta untuk upaya tersebut.
“Di belakang gedung Loka Budaya juga akan kami buat panggung pentas dengan kapasitas 150 orang. Kami siapkan dana Rp1,2 miliar untuk tahun ini,” imbuh dia.