WONOSOBO, suaralama.id – RSUD KRT Setjonegoro mengkampanyekan bahaya penyakit tuberkulosis pada peringatan World TB Day 2022. Hal ini untuk semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat, serta membantu mengeliminasi penyakit tersebut.
Direktur Utama RSUD KRT Setjonegoro dr. R. Danang Sananto Sasongko merasa hari tuberkulosis penting untuk diperingati. Menurutnya, agar masyarakat menyadari bahwa penyakit ini lebih berbahaya dari HIV AIDS.
“Kalau HIV Aids melalui cairan tubuh. Tapi kalau tuberkulosisi (TB) tidak demikian, dia bisa melalui udara. Misal saja ada orang tb batuk dia tidak pakai masker, nah ini yang harus diwaspadai,” kata dr. Danang saat membuka rangkaian kegiatan, Sabtu (26/3).
Pada saat yang sama, Ketua Panitia peringatan World TB Day dr. Kenyorini, Sp.PFISR menjelaskan, tahun ini Hari Tuberkulosis Sedunia mengangkat tema Invest to End TB, Save Lives atau Investasi untuk Eliminasi TBC dan Selamatkan Bangsa.
Harapannya agar semua pihak dapat menyelamatkan bangsa dari penyakit tuberkulosis yang menurutnya sangat menular seperti covid 19.
dr. Kenyorini menjelaskan bahwa salah satu penyebab dari tuberkulosis adalah permasalahan gizi. Maka dari itu, dalam acara yang bekerja sama dengan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini juga menggelar baksos berupa pembagian sembako untuk pasien tuberkulosis.
“Kita ketahui bahwa para pasien ini perlu tambahan gizi dan nutrisi jadi tadi selain sembako ada pemberian susu dan sampel susu. Kami juga beri edukasi untuk pasien tentang bahaya TB, pencegahan, dan bagaimana bahaya jika tidak berobat,” imbuhnya.
Dirinya mengatakan, sejak pandemi banyak pasien yang enggan memeriksakan kesehatannya. Hal ini dipengaruhi karena gejala pada tuberkulosis hampir sama dengan covid, pasien khawatir jika divonis corona. “Akibatnya pencatatan angka pasien TB ini rendah,” tukasnya.
Angka notifikasi (penemuan dan pengobatan) kasus tuberkulosis di Indonesia masih rendah yakni sejumlah 384.025 kasus atau 47% dari target yang diharapkan sebesar 85% pada tahun 2020.
Masih ada sekitar 53% atau sekitar 439.975 yang belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun yang belum terlaporkan. Selain angka notifikasi yang rendah, angka keberhasilan pengobatan juga belum mencapai target yaitu sebesar 82,7% dari target 90% pada tahun 2020.
Sementara itu Ketua PDPI Jateng dr Sofyan Budi Raharjo Sp PFISR menjelaskan angka TB di Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang banyak namun tidak didukung psikososial dan ekonomi.
“Di sisi lain dari faktor makanan, penduduk Indonesia belum begitu memperhatikan soal kualitas gizinya bagaimana. Satu lagi masalah tempat tinggal, bagaimana ventilasi udara dan kerapatan rumah penduduk satu dengan lainnya,” ucap dr. Sofyan.
Dia berharap makin banyak masyarakat menyadari untuk mencegah penyakit yang ditularkan lewat udara. Tak kalah penting lagi agar selalu menerapkan pola hidup bersih dan seimbang.
Untuk diketahui, peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia kali ini juga diadakan webinar Simposium Medis dengan tema yang sama dari 12 pembicara.
Diikuti secara online oleh 500 peserta dokter dan nakes lain mencapai 1300, juga beberapa perwakilan dari puskesmas di Wonosobo.