WONOSOBO, suaralama.id – Masyarakat Desa Sigedang Kecamatan Kejajar melaksanakan merdi desa dan membuat seribu tumpeng sebagai ungakapan syukur atas hasil bumi. Sesi makan bersama merupakan hal yang paling dinanti. Mereka nampak antusias mengikuti acara yang telah vakum selama dua tahun ini.
Sebanyak seribu warga berkumpul di halaman SD 1 Sigedang. Mereka membawa tumpeng nasi kuning maupun putih, lengkap dengan bendera merah putih di pucuknya. Tak luput juga ingkung ayam, beserta sayur dan lauk pauk lainnya.
Sudah sejak pagi hari mereka mempersiapkan hidangan yang akan dibawa pada acara merdi desa dan seribu tumpeng. Acara ini rutin diadakan setahun sekali, namun dua tahun vakum karena pandemi. Setelah membaca sholawat dan doa, mereka bergegas untuk makan bersama.
Salah seorang warga Asro (40) mengaku senang bisa mengikuti acara tersebut. Dia mengaku sangat antusias menantikan seribu tumpeng, dan telah melakukan persiapan sehari sebelumnya.
“Ini sebagai ungkapan syukur kami karena pertanian yang subur makmur loh jinawi. Saya sekeluarga bawa tumpeng kuning, ingkung, perkedel dan lainnya,” tutur pria yang mengenakan baju lurik ini, Jumat (20/5).
Sama halnya dengan Latif (20), pemuda ini membawa tumpeng beserta lauk pauk yang dimasak oleh sang ibu. Sudah dua tahun dia absen dari acara tersebut karena pandemi. “Alhamdulillah sekarang bisa terlaksana lagi, ini lebih ramai dari biasanya. Hal yang paling bikin kangen saat makan tumpeng bersama,” kata Latif.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Desa Sigedang Habib Subandi mengatakan seribu tumpeng ini merupakan rangkaian acara merdi desa dan halal bihalal Desa Sigedang. Sebelumnya telah dilaksanakan tradisi ider-ider, yakni berjalan mengelilingi Sigedang sambil membaca tahlil pada tiap sudut desa dan bersih sendang atau mata air.
“Ini merupakan ungkapan syukur kami atas hasil bumi yang melimpah, yaitu kentang dan wortel. Siang hari ini pelaksanaan dilakukan di SD 1 Sigedang yang juga dekat dengan pemakaman, yang filosifinya sekaligus kirim doa untuk para leluhur,” papar Habib kepada Suara Merdeka.
Dia menilai acara hari ini, Jumat (20/5) lebih meriah dibanding sebelum-sebelumnya. Hal ini dipicu karena dua tahun pandemi dan baru ada pelonggaran kegiatan masyarakat.
“Alhamdulillah masyarakat antusias. Semoga ke depan warga makin kompak, desa lebih maju, sejahtera, hasil panen makin baik dan bebas stunting,” tukas Habib.
Lokus Stunting
Desa Sigedang, lanjut Habib, merupakan salah satu lokus stunting. Pada 2019 jumlah anak stunting hampir 100, kini sudah tersisa 45. Capaian ini tentu saja melalui beberapa kerja keras dari perangkat desa yang terus memberi edukasi dan memperbaiki sarana prasarana.
Salah satunya pada acara hari ini yang dibarengi dengan launching program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) yang merupakan kerjasama dengan Dinas PUPR. Dia mengakui pada musim kemarau beberapa wilayah desa mengalami kekurangan air bersih.
“Kami fokus untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat. Sanitasi juga merupakan faktor pemicu stunting. Kami terus berupaya mengentaskan,” pungkasnya.