WONOSOBO, suaralama.id – Pagi itu cuaca di Alun-alun Wonosobo sangat cerah. Secerah raut wajah ceria beberapa anak yang asyik bermain egrang. Pada peringatan Hari Anak Nasional, pemkab Wonosobo menyelenggarakan Festival Dolanan Anak.
Salah satunya adalah Fatma (12), yang duduk di bangku kelas 6 SD 2 Tlogojati. Bersama sembilan teman-temannya dia asyik bermain egrang di tengah lintasan bergaris kuning hitam itu. Bahkan mereka saling membalap, ada juga yang terjatuh namun segera bangkit.
Permainan tradisional egrang terbuat dari sepasang tongkatbambu berukuran tinggi sekitar dua meter atau lebih. Terdapat tumpuan kaki yang terbuat dari kayu. Tak butuh waktu lama bagi Fatma untuk bisa memainkan egrang.
Ada trik sendiri agar bisa betah berlama-lama menaikinya, salah satunya tidak memakai alas kaki. Dia pun memiliki siasat supaya jari kakinya tak lecet ketika menjepit bambu pada tumpuan kaki.
“Saya cuma latihan satu hari. Tidak susah bermainnya, yang penting kita harus seimbang dan yang penting harus semangat belajarnya. Kaki saya pakai plester supaya kaki tidak tergores bambu,” jelas Fatma pada sela-sela acara, Kamis (21/7/2022).
Pada saat yang sama, guru SD 2 Tlogojati Suryanto mengatakan, dia bersama timnya membuat sendiri peralatan egrang. Pihaknya hanya melakukan persiapan selama tiga hari untuk mengikuti Festival Dolanan Anak khususnya egrang.
“Beruntungnya para siswa cepat menguasai permainan walaupun persiapan kami singkat. Kegiatan ini menurut saya bagus karena anak-anak bisa mengetahui permainan tradisional di tengah gempuran gadget,” tutur Suryanto.
Ditemui secara terpisah, Kepala Dinas PPKBPPPA Dyah Retno Sulistyowati mengatakan pada peringatan Hari Anak Nasional pihaknya menyelenggarakan Festival Dolanan Anak. Beragam permainan tradisional dihadirkan di Alun-alun, seperti egrang, gobak sodor, lompat tali, sudamanda, bakiak beregu, bul-bulan, yeye, balap karung dan yeye.
Menurut Dyah, anak-anak masa kini perlu dikenalkan permainan tradisional. Sebab ternyata banyak yang belum mengetahui permainan jadul, padahal banyak makna yang bisa dipelajari dari sana.
“Kami angkat kembali karena di ragam permainan tradisional ini sarat pesan. Mengasah kreatifitas dan ide, kerja sama antar anak, bagaimana mereka saling berinteraksi. Berbeda dengan saat mereka bermain gadget yang hanya individual,” pungkas Dyah. (ang)