WONOSOBO, suaralama.id – Wonosobo sangat kental dengan nuansa religi. Apalagi di daerah itu banyak terdapat makam tokoh agama yang jadi tujuan para peziarah.
Di momen menjelang Ramadan, masyarakat lazimnya menggelar berbagai kegiatan mulai kungkum (berendam air hangat) hingga menggelar doa bersama menyambut bulan puasa.
Seperti halnya yang dilakukan warga Kelurahan Sambek, Wonosobo yang mengadakan nyadran dan doa bersama di Makam kiai Bangun Sambek, Minggu (27/3/2022).
Kegiatan tersebut disambut baik masyarakat. Selain gelar doa bersama, kegiatan ini juga menjadi tempat mempererat silaturahmi antar warga dan tokoh masyarakat.
Antusiasme masyarakat selain terlihat dari jumlahnya, mereka ternyata datang dari seluruh wilayah Sambek dari ujung selatan hingga utara. Mereka juga memperlihatkan semangat gotong royong yang tinggi.
“Baru pertama mengikuti nyadran di makam yang terletak di kawasan RT 02 RW 02 Kelurahan Sambek, Wonosobo dilakukan secara serentak,” kata salah seorang warga Pandu (25).
Dia mengaku senang bisa bertemu pemuda dari seluruh warga Sambek, bisa guyub rukun saling menyapa dan merekatkan persaudaraan.
Senada, Toha (60) mengungkapkan merasa terharu bisa menyaksikan kerukunan masyarakat yang tumpah ruah memadati makam tokoh yang konon penemu kawasan Sambek.
“Tua muda semua guyub. Alhamdulillah antusias masyarakat dengan ukuwah keislaman bersatu dan merasa kagum dengan sesepuh kami,” ujar Toha di sela-sela gotong royong membangun penerangan di kawasan makam.
Sementara itu Penasihat Forum Komunikasi Pemuda Sambek, Erwin Suwanto mengatakan kegiatan nyadran di Sambek ini rutin diadakan tiap tahun.
Namun dia mengakui baru kali ini terorganisir dengan baik, sehingga tokoh masyarakat pun turut hadir.
Dia menjelaskan acara dimulai pukul 07.00 diawali dengan doa bersama di makam kiai Bangun Sambek. Kemudian bersih-bersih makam, dilanjut dengan pemotongan tumpeng dan ingkung serta makan bersama hasil bumi.
Dia berharap kegiatan ini dapat mempererat tali silaturahmi antar warga dan mampu menguri-uri budaya.
“Saya juga berharap kegiatan ini rutin tiap tahun. Dalam waktu dekat kami akan adakan haul wafatnua kiai Bangun Sambek yang konon pendiri daerah. Acara rencana dilaksanakan 27 Syawal mendatang,” kata Erwin.
Sementara itu Kepala Kelurahan Sambek Ervin Hidayat dalam sambutannya menjelaskan nyadran yang juga dikenal sebagai ruwahan ini menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa.
Sebab menurutnya para pewaris tradisi ini menjadikan nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur pada Sang Pencipta.
“Saya berharap acara ini rutin dilaksanakan sebagai upaya melestarikan budaya kita di tengah terpaan budaya asing.
Tidak lupa saya menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang setinggi tingginya kepada warga Forum Pemuda Sambek atas terselenggarannya kegiatan ini,” kata Ervin.
Tentang asal muasal kiai Bangun Sambek, Ervin mengaku belum ditemukan catatan sejarah pasti.
“Untuk saat ini kami sedang mengumpulkan data-data yang lebih konkrit agar lebih valid dan lengkap,” pungkasnya.