WONOSOBO, suaralama.id – Kasus stunting di Wonosobo masih cenderung tinggi. Dari data yang dihimpun Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting di Wonosobo mencapai 28,1%.
Kasus balita stunting (pendek dan sangat pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Tahun 2018, pemerintah menetapkan 1000 desa prioritas intervensi stunting di 100 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Dari banyaknya jumlah desa prioritas intervensi, terdapat 10 desa di Wonosobo.
Menanggapi permasalahan tersebut, Danone Indonesia komitmen membantu Pemkab Wonosobo mencegah dan menangani kasus stunting di Wonosobo.
Untuk mewujudkannya, Danone Indonesia menggagas program Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting (TANGKAS) yang resmi di luncurkan Jumat (22/4/2022).
Tangkas adalah program pencegahan stunting yang diinisiasi oleh Danone Indonesia melalui PT Tirta Investama – Pabrik Wonosobo (AQUA Wonosobo). Tujuannya mendorong ibu, anak dan anggota keluarga serta semua sektor kesehatan masyarakat untuk lebih tanggap gizi dengan membangun kerjasama multipihak yang ada di Wonosobo.
Upaya pencegahan stunting di Wonosobo ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dalam acara Kick Off Stunting dan peluncuran program Tangkas 2022 di Pendapa Kabupaten Wonosobo, Jumat (22/4/2022).
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Danone Indonesia atas kontribusi yang telah diberikan.
“Saya apresiasi bahwa program TANGKAS ini memberikan laporan kinerja yang terukur dan tidak sekadar formalitas belaka,” ungkap Afif.
Dia meyakini intervensi yang direncanakan dan disiapkan secara matang dapat memberikan dampak yang signifikan. Ke depan kita harap Perguruan Tinggi juga bisa ambil peran dalam upaya pencegahan stunting ini”, tambah Bupati
Kasus Stunting di Wonosobo hingga saat ini belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu kasus aktif dibawah 14% pada Tahun 2024. Oleh sebab itu, ini merupakan tugas dan salah satu prioritas Pemkab Wonosobo.
”Kami akan mendorong upaya pencegahan stunting dengan kolaborasi yang kuat. Tahun ini kami harapkan kelembagaan berupa tim Monitoring Desa dan penguatan KPSPAM (Kelompok Pengelola Sarana Prasarana Air Minum) bisa terbentuk dan menguat. Penanganan stunting perlu aksi kolektif dari semua pihak,” kata Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo.

Disebutkan, sejak 2019 Danone Indonesa berkolaborasi dengan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) sebagai mitra pelaksana dan pendamping.
“Kami telah memulai peran kolaborasi dengan melakukan intervensi di 2 Desa yaitu Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek dan Desa Pulosaren, Kecamatan Kepil,” ujar Karyanto.
Dia menjelaskan, pendekatan berupa Sekolah Lapang Keluarga Sehat (SLKS) bagi keluarga terdampak stunting, sekolah mengajarkan masyarakat untuk berpikir mandiri, melakukan riset, dan mengevaluasi permasalahan stunting yang dialami oleh para peserta.
“TANGKAS meliputi implementasi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) di kehidupan sehari hari, penerapan gizi seimbang, akses sumber makanan bergizi, dan penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),” jelas Karyanto.
Selain itu, dilakukan pula perbaikan akses air bersih melalui program Water Access Sanitation and Hygiene.
Program pada 2019 ini telah mampu menjangkau penerima manfaat sebesar 1.332 jiwa, terdiri dari ibu balita terindikasi stunting, kader posyandu, ibu hamil, penerima benih sayur, penerima manfaat air bersih, dan remaja.
Program TANGKAS dilanjutkan pada tahun 2020 dengan fokus pada 7 Desa di Wonosobo yang tersebar di berbagai kecamatan.

Program ini kemudian berfokus pada peningkatan kapasitas kader kesehatan, perbaikan akses sumber gizi, perbaikan akses air bersih, asistensi kader dan masyarakat terkait isu stunting, hingga edukasi PHBS telah dilakukan.
Tercatat hingga tahun 2021 total penerima manfaat meningkat menjadi sebesar 2.819 jiwa. Terbanyak adalah penerima manfaat berupa akses air bersih sebanyak 1.240 jiwa.