PURWOREJO, suaralama.id – Sampah yang dihasilkan dari limbah rumah tangga ternyata dapat dijadikan sebagai barang yang berguna dan bahkan bisa mendatangkan nilai ekonomi. Hal itu dilihat oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Purworejo, dengan mengajak masyarakat berlatih mengolah sampah menjadi pupuk organik dan cairan eco-enzym.
Pelatihan itu dilakukan guna mendukung pemaksimalan pupuk organik dalam pertanian.
Pelatihan dilakukan di Balai Desa Dadirejo Kecamatan Bagelen yang dibuka Ketua DWP Kabupaten Purworejo Erna Setyowati Said Romadhon.
Hadir pula, Lilos Anggorowati Gatot Seno, Wahyu Hadi Pranoto, sejumlah pengurus DWP lainnya, dan perangkat Desa Dadirejo.
DWP bidang ekonomi, kata Erna terdapat program sosialisasi bagaimana membuat pupuk organik yang baik dan membuat eco-enzim. Rata-rata setiap rumah tangga menghasilkan 2 kg dan hendaknya dilakukan pemisahan sampah organik dan sampah an-organik.
“Marilah kita pandai-pandai mengelola sampah yang dihasilkan sehari-hari. Seperti pupuk organik eco-enzim dan pupuk organik lainnya. Manfaat eco-enzym antara lain untuk cairan pembersih, pupuk tanaman, pengusir hama, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pupuk organik yang lain juga memiliki banyak kegunaan. Karena itu diharapkan setelah mengikuti pelatihan, agar dipraktekkan,” ajak Erna Said, Kamis (7/7).
Narasumber pelatihan, Totok Iriyanto membuka diskusi dengan pernyataan bahwa para petani saat ini masih banyak yang menggunakan pupuk kimia. Jika menggunakan pupuk kimia, memurutnya memang bisa dengan cepat menambah hasil panen, tetapi itu hanya bertahan dalam jangka pendek saja. Ini bisa dilihat pada grafik produksi para petani yang cenderung merosot.
“Maka dari itu kita haruslah sadar tentang pentingnya manfaat pupuk organik terhadap kesuburan tanah, tanaman dan alam, agar kita tetap bisa menjaga kelastarianya yang nantinya dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak,” ujarnya.
Dalam paparan Totok, dketahui bahwa pupuk organik yang bisa dibuat antara lain pupuk dari kotoran hewan, pupuk dari limbah rumah tangga dan eco-enzym. Dalam membuat eco-enzym yang perlu disiapkan, gula merah, air, dan limbah sisa sayuran ataupun buah dengan rasio 1 : 10 : 3. Lalu masukkan semua bahan kedalam ember ataupun toples dan tutup dengan rapat.
Kemudian buka tutup wadah setelah 1 bulan guna mengeluarkan gas yang di hasilkan dari proses fermentasi. Diamkan selama 3-6 bulan, lalu pisahkan air dan ampasnya. Air Eco-enzym siap digunakan sebagai cairan pembersih kaca ataupun lantai, pupuk tanaman dan pestisida organik.
“Sedangkan untuk pembuatan pupuk dari kotoran hewan yang kita siapkan yaitu kotoran hewan, arang sekam, air, EM4, dan tetes tebu. Peralatannya yang dibutuhkan sekop kecil, sarung karet, ember kecil dan ember cat isi 30 liter dengan penutup,” jelasnya.
Cara pembuatannya yakni dengan melarutkan 2 tutup botol tetes tebu dan 1 tutup botol EM4 ke dalam 1 ember air lalu diamkan selama minimal 15 menit agar larutan bisa bisa tercampur dengan sempurna. Larutan inilah yang akan menjadi dekomposer (pengurai) pada proses pembuatan pupuk. Campurkan kotoran hewan, sekam dan larutan dekomposer di ember cat (isi 30L).
Kemudian diaduk hingga merata menggunakan sekop dan tutup, aduk pupuk secara berkala setiap 3 hari sekali selama 1 bulan. Setelah 1 bulan pupuk organik dari kotoran hewan siap digunakan.
Sedangkan pembuatan pupuk dari limbah rumah tangga cara pembuatan dan bahannya mirip seperti membuat pupuk dari kotoran hewan, yang memberdakan adalah bahan utamanya yang berasal dari limbah rumah tangga dan alat penampunganya. Penampung yang digunakan yaitu ember yang di berikan sekat atau saringan yang nanti berguna untuk memisahkan antara pupuk cair dan pupuk padatnya.
Caranya, limbah rumah tangga yang berupa sayuran atau buah buahan di celupkan kedalam larutan EM4 dan tetes tebu. Lalu letakan kedalam ember yang sudah di beri sekat ataupun saringan.
Diamkan hingga 1 bulan tanpa perlu diaduk secara berkala. Air yang terkandung di dalam pupuk akan turun. Sedangkan ampasnya akan tetap di atas sekat atau saringan, air itulah yang di sebut dengan Pupuk Organik Cair (POC) dan Pupuk Organik Padat (POP). (Hafidz Kurnia)