
KULONPROGO, Suaralama.id – Produksi nira kelapa mengalami penurunan. Meski begitu, para perajin gula kelapa di wilayah Kokap tetap bertahan membuat gula kelapa dengan bahan seadanya. Wilayah Kecamatan Kokap dikenal sebagai sentra gula kelapa di Kulonprogo, salah satunya di Dusun Papak, Desa Kalirejo. Beberapa warga setempat telaten mengolah nira menjadi gula, baik yang dicetak dengan batok kelapa maupun berbentuk kristal.
“Kalau dibuat kristal, harganya lebih tinggi. Biasanya pada nyebut gula semut,” kata Jumiyati.
Jumiyati mengungkapkan, saat ini hasil sadapan nira kelapa menurun hingga 50 persen karena permintaan tidak banyak. Kondisi itu jelas berpengaruh terhadap volume produksi gula kelapa. Sebelumnya, Jumiyati mengaku bisa menghasilkan gula semut hingga 30 kilogram (kg) untuk sekali produksi.
Hanya saja akhir-akhir ini hanya 15-20 kg. Di sisi lain, harga gula kelapa juga ikut turun. Gula batok yang sebelumnya Rp 15.000-Rp 17.000 turun menjadi Rp 10.000-Rp 11.000 per kg, sedangkan gua semut turun dari Rp 17.000 – Rp 20.000 menjadi Rp 15.000 per kg. Namun, Jumiyati dan kawan-kawan punya strategi khusus agar tetap bisa bertahan di tengah minimnya bahan baku dan rendahnya harga. Gula batok mereka olah kembali agar menjadi gula semut. Dengan begitu, mereka bisa menjualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi sehingga keuntungan yang didapat bisa sedikit bertambah.
“Selisihnya harganya bisa sekitar Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Makanya saya bikin jadi kristal,” ujar dia. Sementara itu, kalangan pengepul gula kelapa membenarkan jika produksi nira cenderung menurun saat musim seperti ini. “Produksi gula batok dan kristal stoknya juga jadi turun sampai 50 persen. Biasanya kita ada stok sekitar 100 kg per hari. Tapi kalau lagi musim begini jadi cuma 50 kg,” ucap Sukismiyati, pengepul di wilayah Kalibuko II, Kalirejo, Kokap.(zal)