PURWOREJO, suaralama.id – Muhammad Satria Assidqi, balita 19 bulan yang lahir tanpa anus dan kesulitan biaya untuk operasi mendapat perhatian dari berbagai pihak. Bantuan untuk balita yang hanya tinggal dengan ibunya itu juga mulai mengalir.
Salah satunya datang dari Komunitas Offroad 4 x 4. Donasi diserahkan langsung Ketua Dewan Pengawas Indonesia Offroad Federation (IOF) Pusat, Hardjanto dengan mendatangi langsung kamar kos tempat tinggal balita 19 bulan bersama ibundanya Fitriani, 16, di Kelurahan Sindurjan, RT 02 RW 08, Kecamatan Purworejo, Selasa (11/1).
Hardjanto mengatakan, kondisi Satria merupakan kesempatan siapa saja untuk berbuat baik. Diharapkan, pemerintah daerah dan para dermawan bisa cepat untuk melakukan langkah. Sebab menurutnya kebaikan itu harus sederhana dan jangan dibuat ribet.
“Kasihan karena adik ini harusnya cepat tertangani, kalau ribet kasihan,” ucap pria yang lebih akrab disapa Ki Lurah Offroad.
Ditegaskan, dalam waktu semalam, donasi sementara yang berhasil terkumpul untuk membantu kesembuhan Satria sekitar Rp 12 juta. Donasi itu bersumber dari komunitas Offroad 4 x 4 yang berasal dari Purworejo dan luar daerah. Donasi itu juga kemungkinan akan terus bertambah.
Menurutnya, menolong sesama itu tidak harus kaku mengikuti prosedur regulasi yang panjang lebar.
“Bicara etika hukum, melakukan kebaikan itu harus sederhana dan tidak perlu rumit. Jika kita niat melakukan 10 kebaikan dalam sehari, melangkah untuk 1 kebaikan saja menjadi terkendala, bahkan semua niat itu batal karena harus ribet dan rumit,” tegasnya.
Dijelaskan, donasi rencana akan diberikan sesuai porsi. Dalam kasus Satria, hal yang paling mendesak dan harus diprioritaskan yakni operasi mengembalikan saluran BAB sementara di perut dan dikembalikan di organ tubuh yang normal seperti layaknya manusia pada umumnya.
“Harapan kami, dalam waktu satu-dua bulan kedepan, sudah normal dan sehat. Jadi kami akan berkoordinasikan dengan medis, jika operasi bisa dilakukan di Purworejo atau harus di Jogja kami akan koordinasikan, kami juga akan terus menjalin komunikasi lintas komunitas yang peduli untuk meringankan beban adik Satria,” jelasnya.
Ibunda Satria, Fitriani mengungkapkan, ia tidak mampu berucap apa-apa, hanya bersyukur dan berterimakasih kepada semua yang telah memberikan bantuan dan perhatian terhadap anak semata wayang yang sangat dikasihinya itu. “Saya tidak bisa berucap apa-apa, terimakasih, ya cuma terimakasih,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Seperti diberitakan sebelumnya, kisah pilu balita Satria dan Fitriani terbongkar di sebuah kamar kos di bilangan Kelurahan Sindurjan, RT 02 RW 08, Kecamatan Purworejo. Fitriani di usia yang masih sangat muda sudah harus menyandang predikat sebagai ibu muda ditinggal suaminya. Ia bingung tidak bisa berbuat apa-apa untuk kesembuhan buah hatinya yang tengah sakit.
Satria sejak usia 14 hari pasca dilahirkan tidak bisa buang air besar (BAB) sehingga harus dibuatkan saluran sekresi sementara di perutnya. Tindakan medis harus dilakukan untuk mengembailkan saluran sekresi itu di posisi yang normal sesuai anatomi tubuhnya. Namun nahas, alih-alih dipinang dan diambil dari salah satu panti asuhan oleh lelaki di usia 14 tahun untuk dinikahi dan dibawa ke Kalimantan, dan kini ia harus berjuang sendiri.
Layanan BPJS Kesehatan sulit diakses, sebab terkendala surat menyurat (belum punya akta kelahiran dan alamat domisili ibunya masih tercatat di Disdukcapil Kalimantan). Hidup semakin berat, sebab Fitriani tidak bekerja dan harus fokus mengurus anaknya yang tidak mungkin ditinggal.
Balita Satria kini berusia 19 bulan, lahir normal di RSUD Tjitrowardojo Purworejo, dan diusia 14 hari harus operasi karena tidak bisa BAB. Infeksi di saluran sekresi sementara mengancam, sebab keterbatasan biaya untuk mencukupi perawatan sehari-hari.
Adalah Firdausi Irfan, 29, dan istri sebagai tetangga yang kemudian tergerak hatinya, mengulurkan tangan membantu Fitriani dan Satria. Upaya untuk memasukkan Satria di KK Firdaus sempat terbesit dalam pikirannya, namun atas pertimbangan yang lain hal itu tidak jadi dilakukan.
Membantu dengan menggalang dana dari teman-teman seprofesi akhirnya dilakukan, hingga akhirnya terkuak dan tersiar di media pertolongan Tuhan itu datang. “Sebagai tetangga, Satria dan Fitriani sudah kami anggap seperti keluarga sendiri, saya tidak menyangka akan seperti ini, dan saya meyakini niat dan doa baik kami telah dikabulkan Tuhan,” ucap Firdaus.