BANDUNG, suaralama.id – Salah satu gunung api aktif di Indonesia yakni Gunung Anak Krakatau kembali menunjukkan aktivitas vulkanik. Sepanjang Jumat 4 Februari 2022, Gunung yang berada di Selat Sunda itu mengalami sembilan kali letusan.
PVMBG menyebut tren kenaikan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda itu mulai berlangsung sejak akhir tahun lalu, dengan status waspada.
Menurut Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, peningkatan intrusi magmatik Gunung Anak Krakatau kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021.
Indikasinya adalah frekuensi rekaman gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan.
Pada Januari lalu, situasinya tak berubah, dengan jegempaan vulkanik masih cukup tinggi dan gempa-gempa dangkal semakin banyak terekam hingga terindikasi laju magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal.
Tak berselang lama, terekam 9 kali gempa Letusan yaitu pada pukul 09:43, 10:25, 10:28, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB pada Jumat.
Tinggi kolom abu letusan berkisar antara 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
PVMBG menyebut rangkaian aktivitas magmatik GAK tersebut kemungkinan bakal terus berlangsung.
“Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi,” kata Eko Budi Lelono mengutip laporan otoritas kegunungapian yang berada di bawah pengawasannya dalam keterangan yang diterima.
Diingatkan pula, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau secara historis merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi.
Dalam hal ini terutama oleh instansi yang berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunungapi seperti tsunami.
“Longsoran tubuh gunungapi sendiri tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya dan tidak bergantung pada kondisi gunungapi ini sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunungapi dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunungapi,” katanya.
Dalam kaitan itu, mereka pun merekomendasikan supaya aktivitas masyarakat tak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah Aktif.
Masyarakat pun diminta tak terpancing oleh berita-berita yang tidak jelas.
Penulis: Setiady Dwi
Editor: Rizaldo