PURBALINGGA, suaralama.id – Sejumlah pegiat seni dan sastra di Kabupaten Purbalingga melakukan parade pembacaan geguritan dan monolog dengan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Bahas Ibu Internasional yang dimotori oleh Komunitas Teater Sastra Perwira (Katasapa) Purbalingga, Senin (21/02/2022).
Ketua Katasapa Purbalingga Ryan Rachman mengatakan acara tersebut selain memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, sekaligus memperingati ulang tahun ke-6 Katasapa Purbalingga.
“Selama ini kami memang konsen terhadap seni teater dan sastra di Purbalingga. Demikian juga dengan sastra daerah, makanya kita coba berekspresi sekaligus ikut meramaikan sastra berbahasa Banyumasan,” katanya.
Riyan menambhkan para pegita seni dan sastra yang mebaca geguritan yaitu Deka Aepama, Guyub Triyanto Nugroho, Ridho Agung, Agustav Triono, Siska Dwi Kartini, dan Ryan Rachman, “Mereka membaca karya sendiri dan ada juga yang membaca karya penggurit seperti Wanto Tirta, Eyang Nardi dan Yanwi Mudrikah,” jelasnya.
Senada denga Riyan Rakhman, Agustav Triono selaku koordinator acara mengatakan parade baca geguritan dan monolog bahasa Banyumasan tersebut mengambil momen Hari Bahasa Ibu Internasional tahun ini dengan tujuan untuk ikut nguri-uri bahasa yang dipakai di tlatah penginyongan sehari-hari.
“Selanjutnya agar tampilan pembacaan geguritan dan monolog bahasa penginyongan tersebut lebih meluas maka kami unggah juga ke kanal YouTube : katasapa purbalingga. Semoga bisa dinikmati terutama di kalangan generasi muda, ” tambahnya.
Selanjutnya, disampaikan Deka Aepama, anggota Katasapa dari generasi muda mengatakan bagi dirinya sastra berbahasa daerah tersebut menarik untuk diapresiasi dan diekspresikan. Dirinya ingin terus ikut dalam kegiatan-kegiatan semacam itu.
Selain baca geguritan, di akhir acara Trisnanto Budidoyo seniman yang sering meramaikan acara seni budaya di Purbalingga ini pentas monolog dengan bahasa Banyumasan dengan judul Biyung. Menariknya, Trisnanto bermonolog sambil beraksi melukis di atas kanvas.
Acara tersebut ditutup dengan refleksi perjalanan Katasapa Purbalingga selama 6 tahun.