BANDUNG, suaralama.id – Internet sudah menjadi kebutuhan tak terelakkan bagi manusia modern. Segala kemudahan yang dihadirkan internet selalu bisa membuat candu pemakainya.
Tetapi sayangnya di Indonesia akses internet belum begitu merata, khususnya di desa-desa tertinggal. Di sana belum banyak terdapat jaringan internet yang menggunakan fiber optik.
“Butuh ikhtiar luar biasa untuk pemerataan akses internet fiber optik di desa-desa tertinggal,” kata Anggota Komisi I DPR RI asal Fraksi Nasdem, M Farhan.
Menurut dia, tak sedikit kawasan pelosok bahkan terpencil masih tak terjangkau akses sinyal provider untuk internet.
Dalam kaitan itu, Farhan meminta pemerintah daerah supaya lebih berani dalam berinovasi terutama dalam mendorong pembangunan infrastruktur teknologi sehingga akses internet mampu tembus ke pelosok wilayahnya.
“Mereka kan bisa lebih aktif menjalin komunikasi dengan Kemenkominfo untuk memanfaatkan berbagai program nasional terkait akses digital itu untuk kemudian diadopsi di daerahnya,” kata Farhan, Kamis 24 Februari 2022.
Dewan sendiri, katanya, tengah mendorong optimalisasi realisasi Palapa Ring oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kemenkominfo.
Proyek tol langit itu diproyeksikan menjangkau sebanyak 34 provinsi dan 440 kota kabupaten di Indonesia dengan total panjang kabel laut 35.280 kilometer dan kabel di daratan sepanjang 21.807 kilometer.
Untuk itu, pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut (SKKL) Palapa Ring Integrasi untuk langkah optimalisasi itu menjadi atensi. Pemerintah pun menjadikannya sebagai fokus peningkatan keandalan infrastruktur digital pada 2022.
“Akan kami kawal, kami awasi intensif karena kepentingannya untuk pemerataan distribusi program akses internet,” katanya sambil menyebut dewan sudah membentuk Panja Penyediaan Internet.
Dalam kaitan itu, pihaknya menyoroti kesiapan sejumlah pendukung, seperti suplai energi.
Jangan sampai pasokan energi itu jadi hal minus mengingat pengembangan daerah mulai menyebar ke pelosok.
“Karena masalah terbesar dalam pengadaaan infrastruktur internet adalah supply energy listrik, jadi harusnya penyediaan akses Internet di kawasan 3T (terdepan, terluar, tertinggal) sejalan dengan pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan) misalnya,” katanya.