WONOSOBO, suaralama.id – Puluhan anak penyandang disabilitas terlihat antusiasi mengikuti kegiatan pesantren kilat yang diadakan sejak Senin (25/4/2022) lalu. Ada yang spesial, pada hari terakhir ini mereka mendapat tugas membuat kartu ucapan lebaran untuk orang terkasih.
Ketua LKSPD Yayasan Mata Air Benyamin Agustinus menjelaskan ada beberapa kegiatan yang ditekankan pada pesantren kilat tahun ini. Di antaranya sholat dhuha, mengaji hafalan surat pendek dan doa harian, story telling nabi, baca tulis Alquran dan terakhir membuat kartu ucapan hari raya.
“Selain itu kami juga memotivasi anak-anak untuk belajar puasa, minimal sampai siang. Mereka sangat antusias karena setelah pandemi baru kali ini kita adakan lagi,” kata Benyamin yang ditemui Suara Merdeka di kantornya, Kamis (28/4).
Pria yang karib disapa Ben ini berharap dari pesantren kilat ini akan tertanam dalam diri murid-muridnya akan nilai-nilai keimanan. “Supaya mereka bisa bertahan menghadapi cobaan, mereka akan datang pada Allah SWT,” imbuhnya.
Salah satu siswa Yayasan Mata Air, Amar (12) mengaku senang bisa mengikuti kegiatan pesantren kilat tersebut. Pada hari terakhir ia berkesempatan membuat ucapan lebaran untuk kakaknya.
“Saya bisa bikin kartu ucapannya, gampang buatnya. Seneng bisa ikut pesantren kilat, karena di sini ramai,” tutur Amar yang juga piawai memainkan alat musik tradisional bundengan ini.
Sama halnya dengan Rama (16) yang mengaku membuat kartu ucapan idul fitri untuk sang ibu yang merantau ke Jambi, dan akan dikirimkan ke sana.
Untuk diketahui Yayasan Mata Air berdiri sejak 2010 dan menangani anak-anak penyandang disabilitas autis, tuna grahita, lambat belajar serta mental. Setidaknya ada 65 siswa yang kini mengenyam pendidikan di sana, mulai dari TK, SD dan SMP.
Anggit (30) salah satu pengajar di Yayasan Mata Air yang telah mengabdi selama tujuh tahun mengaku bangga bisa berbagi ilmu bersama anak-anak penyandang disabilitas. Ada banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari mereka.
“Mereka kalau sudah nyaman dengan kita, akan ingat dengan kita sampai kapanpun. Mereka itu punya hati yang sangat tulus dan ikhlas, meskipun tidak mudah mengajar mereka tapi itu sangat berkesan bagi saya,” tutur Anggit.