WONOSOBO, suaralama.id – Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat mengukuhkan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS). Saat ini tercatat angka prevalensi stunting sejumlah 12,6 persen. Faktor utama terjadinya kekurangan gizi ini terdapat pada pola asuh.
Stunting atau merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak salah satunya karena terjadi kekurangan energi kronis. Masyarakat perlu menyadari pentingnya seribu pertama kehidupan, yakni dari kandungan hingga balita dengan umur dua tahun.
Bupati Afif Nurhidayat mengatakan pembentukan TPPS ini merupakan upaya menurunkan stunting. Dia berharap permasalahan stunting di Wonosobo bisa diurai dari hulu ke hilir, tentu saja dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik peran serta OPD dan swasta.
Pencegahan dan penurunan angka stunting menurutnya harus digarap serius, terutama pada wilayah lokus stunting. Namun tidak menutup kemungkinan juga dengan daerah lain, yang butuh penanganan.
“Harapan kita dengan intervensi kebijakan dari kita bisa menurunkan angka stunting. Segera susun rencana, kita tingkatkan kualitas dalam memberikan perhatian terhadap anak-anak,” tutur Bupati Afif dalam sambutannya di di Ruang Rapat Mangoenkoesoemo Sekda, Senin (23/5/2022).
Kepala Dinas PPKBPPPA Dyah Retno Sulistyowati menerangkan prevalensi angka stunting di Wonosobo menurut data manual dari Dinas Kesehatan sebanyak 12,6 persen. Saat ini pihaknya masih terus berupaya untuk mengsinkronisasi data manual dengan aplikasi e-PPGBM.
“Data yang masuk aplikasi masih 69 persen, segera kita rampungkan minggu depan agar datanya sama dengan yang manual. Data pusat angka prevalensi kita tinggi yakni 20 persen, survey SSGI juga masih tinggi di angka 28,1 persen. Ini lah yang membuat Wonosobo berpredikat stunting tinggi di Jawa Tengah,” terangnya.
Dyah menerangkan sebaran balita stunting per kecamatan berdasarkan hasil penimbangan serentak pada Februari lalu, Kecamatan Kertek terbanyak yakni 889 anak.”Angka disusul dengan Kecamatan Wonosobo sebanyak 820 anak. Kemudian Kecamatan Kepil 700 anak dan Kecamatan Kejajar sebanyak 607 anak,” terangnya.
Penyebab utama stunting, lanjut Dyah dipengaruhi faktor pola asuh yang belum baik. Banyak keluarga yang masih membutuhkan pemahaman mengenai gizi yang dibutuhkan bayi, juga pentingnya pemberian ASI eksklusif.
“Selain itu kurangnya kesadaran ibu hamil dalam mengonsumsi tablet penambah darah, padahal penting untuk mencegah amenia. Ada juga faktor pendidikkan ibu, ibu hamil yang mengalami Kekuarangan Energi Kronis (KEK), infrastruktur dan ekonomi,” imbuhnya.
Dia berharap TPPS bisa segera bergerak cepat demi menurunkan angka stunting di Wonosobo. “Ini pertemuan awal kami siap segera menyusun rencana aksi yang bekerja sama dari berbagai OPD terkait,” pungkasnya.