PURBALINGGA, suaralama.id – Ketika malam terasa lapar, bagi sebagian orang yang tidak mau ribet dalam memenuhi hajat perutnya, angkringan adalah pilihan paling tepat. Tapi tentunya ini hanya berlaku bagi mereka yang selalu memanfaatkan malam sebagai waktu tambahan dalam beraktifitas.
Dengan menu sederhana, nasi kucing dan sejumlah lauk yang sudah tersaji, penikmat angkringan cukup datang, ambil makanan sendiri sesuai selera, lalu pesan minuman dan duduk di tempat yang sudah disediakan, yaitu satu kursi panjang di depan grobogan dan sederet tikar buat lesehan.
“Purbalingga telah menjadi kota angkringan,” demikian ungkapan Adi Purwanto, Kabid UMKM, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Purbalingga saat podcase “Ngopi” (Ngobrol Perkara Ini, Perkara Itu) di Kantorkopi Purbalingga, Minggu (29/5/2022).
Pernyataan Adi Purwanto dibenarkan oleh Achil Jorel admin akun instagran Kabar Purbalingga yang kerap memajang gambar makanan dan jajanan produk pelaku kuliner Kabupaten Purbalingga. Ia mengatakan angkringan sedang kembali marak paska pandemi.
“Angkringan di Purbalingga sekarang tambah banyak, tidak hanya di jalur kota, di pinggiran kota juga ada,” ujarnya saat ngobrol di angkringan Tugad yang berada di jalan Pujowiyoto Purbalingga, Minggu, (5/6/2022) malam.
Hanya saja ada beberapa menu yang berbeda antara angkringan yang berada di Yogyakarta dengan angkringan yang beredar di Purbalingga, Walau masih sama didominasi oleh makanan yang berbentuk sate, beberapa jenis makanan khas daerah yang menjadi pembeda.
Angkringan di Yogyakarta tidak ketinggalan menu tahu dan tempe bacem, di Purbalingga tidak banyak dijumpai, walau ada satu dua angkringan yang menyediakan. Di angkringan Purbalingga pasti tersedia mendoan sebagai makanan khas Banyumasan, termasuk Purbalingga, di Yogyakarta tidak ada.
Menu minuman juga ada yang sama, ada yang berbeda. Teh panas, kopi, susu, es teh, du keduanya ada. Di Yogyakarta ada Kopi Jos, di Purbalingga tidak ada. Di Purbalingga ada jae susu, wedang uwuh, di Yogyakarta tidak ada. Tapi tidak menutup kemungkinan, tidak keseluruhan angkringan di kedua kota tersebut berbeda. Ada beberapa yang memang masih sama seperti aslinya.
Sebenarnya, angkringan berasal dari Kabupaten Klaten. Namun warung sederhana yang awalnya bernama HIK (Hidangan Istimewa Kampung) ini populer di Yogyakarta, karena para pelaku kukiner angkringan banyak yang memilih Yigyakarta sebagai ajang pemasarannya. Alasanya sederhana, karena di Yogyakarta banyak mahasiswa yang kost. Merekalah.konsumen yang produktif untuk berkembangnya angkringan saat itu.
Namun dalam perkembangannya, angkringan klasik yang masih.menggunakan lampu tempel (teplok) sebagai alat penerang,, sudah banyak berubah. Walau tetap dibuat suasana remang, alat penerangnya sudah banyak yang menggunakan lampu listrik. (angga)