WONOSOBO, suaralama.id – Sejumlah 300 anggota Tim Penggerak PKK se Kecamatan Wonosobo menggelar temu kader setelah dua tahun absen karena pandemi. Salah satu pekerjaan rumah mereka yakni pengentasan stunting. Tercatat ada 669 anak stunting di Kecamatan Wonosobo.
Gebyar Temu Kader PKK se-Kecamatan Wonosobo ini diikuti oleh anggota dari 13 desa dan tujuh kelurahan. Pada kegiatan ini selain bersilaturahmi, diramaikan juga dengan hiburan, posbindu, vaksin dan lomba kudapan ikan cegah balita stunting.
Camat Wonosobo Joko Widodo menjelaskan kehadiran tim penggerak PKK ini sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan di masyarakat yang terkait dengan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Maka dari itu perannya harus disupport oleh banyak pihak.
“Kita sediakan ruang dalam pertemuan ini untuk mereka bersuka cita saling silaturahmi dan berkreativitas. Biasanya itu mereka tegang memikirkan administrasi, sekarang waktunya mereka kita beri sedikit hiburan. Tapi tetap tidak lupa menjalankan tugasnya,” papar Joko yang ditemui usai acara, Jumat (10/6) di Kantor Kecamatan Wonosobo.
PR besar yang dihadapi Kecamatan Wonosobo salah satunya yakni penanganan stunting. Tim Penggerak PKK ini sangat diharapkan perannya dalam penanganan dan pencegahan stunting di daerahnya masing-masing.
“Kita terus gaungkan stunting, mungkin masyarakat banyak yang tanya alasannnya, ini agar mereka ada perhatian terhadap permasalahan ini. Sebab ini krusial jika tak ditangani. Kita harus bersinergi bersama banyak pihak seperti tim pendamping keluarga dan bidan desa untuk mengentaskannya,” imbuh Camat Joko Widodo.
Pada kegiatan tersebut, lanjut Joko, ada lomba kudapan menu olahan ikan untuk pencegahan stunting.”Stunting itu kan infeksi tumbuh kembang, salah satu pemicunya adalah kurang protein tinggi. Harapannya menu ini bisa diterapkan di rumah,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Joko, terdapat dua lokus stunting di Kecamatan Wonosbo, yakni Tlogojati dan Jaraksari. Di Jaraksari, tepatnya Tosari RW 3 telah diterapkan Dapur Sehat Anti Stunting (DAHSAT), yang mana menyediakan makanan bergizi bagi anak stunting.
Dapur sehat ini hasil kerja sama dengan beberapa pihak, baik dari TPPK kelurahan, puskesmas terkait untuk mendapat ahli gizi, kader posyandu dan masyarakat. Setiap anak dianggarkan Rp10 ribu untuk sekali makan.
“Menunya dirancang ahli gizi dari puskesmas. Para kader posyandu dibuat piket untuk memasak untuk para anak stunting sehari tiga kali, dan anak-anak itu ditunggui sampai betul-betul makan. Dari lima balita, sekaranag tinggal dua, kita pantau terus tiap minggunya,” jelas Joko.
Pada saat yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Wonosobo Dyah Retno Sulistyowati menjelaskan berdasarkan penimbangan serentak, angka stunting di Kecamatan Wonosobo termasuk tinggi, yakni 669 pada usia 0-5 tahun. Dia menekankan agar angka ini segera turun, baik dengan pemberian gizi, edukasi keluarga dan pola asuh.
Dirinya juga mengapresiasi acara Gebyar Temu Kader PKK se Kecamatan Wonosobo ini. Sebab salah satu agendanya yakni mengasah kreatifitas para kader untuk berkompetisi menciptakan menu olahan ikan.
“Tadi saya coba enak semua. Jika kudapan ini dikonsumsi ke anak-anak kita yang stunting, atau bisa juga ibu hamil, tidak ada lagi yang stunting. Ini PR kita bersama bagaimana memutus mata rantai stunting, salah satunya melalui para kader TP PKK di tiap-tiap wilayah,” tuturnya.
Salah satu kader yang juga mengikuti lomba kudapan olahan ikan, Linda (40), mengatakan, dirinya dan tim penggerak PKK Kelurahan Kalianget membuat menu yang simpel dan menarik untuk anak-anak. Namanya kanila pop slice, di mana bahan bakunya adalah ikan nila dipadukan dengan menu mpasi 4 bintang.
“Karbohidrat dari makaroni, protein hewani dari ikan nila, protein nabati dari tahu susu atau tofu, sayuran dari wortel dan brokoli, serta lemak tambahan dari minyak ayam tanpa tambahan gula garam dan msg. Kita rancang dengan tampilan seperti es krim agar anak-anak tambah lahap menyantapnya,” tutur Linda yang juga meraih juara 1 dalam perlombaan tersebut. (ang)