PURWOREJO, suaralama.id – Komisi IV DPRD Kabupaten Purworejo mendorong adanya pembinaan bagi para atlet disabilitas di Kabupaten Purworejo. Pasalnya, pembinaan yang diberikan baik oleh organisasi atlet disabilitas yakni National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) maupun Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purworejo dinilai kurang maksimal. Bahkan, kompetisi atau turnamen bagi atlet disabilitas, yang notabene merupakan ajang penjaringan atlet juga tidak berjalan di Kabupaten Purworejo.
“Artinya organisasi NPCI itu perlu dievaluasi dan reorganisasi. Perlu juga ada pembinaan, penguatan oleh dinas terkait. Dalam hal ini kaitannya dengan NPCI itu organisasi yang mengurusi cabang olahraga kaum disabilitas yang dibawah Dinas Porapar Purworejo,” ungkap Wakil Ketua Komisi IV DPRD Purworejo, Muhamad Abdullah pada kegiatan Pembinaan dan Pemberdayaan atlet disabilitas di Purworejo, di gedung PGRI Kabupaten Purworejo, Rabu (22/6) sore.
Kegiatan itu dihadiri puluhan penyandang disabilitas dan pengurus NPCI Purworejo. Turut hadir Kabid Kepemudaan dan Olahraga, Dinporapar Kabupaten Purworejo, Martinho Dos Santos beserta jajarannya. Ditengah-tengah kegiatan, terungkap bahwa memang komunikasi antara dinas dan NPCI Purworejo kurang terjalin dengan baik. Dikatakan Abdullah, Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan bantuan kepada kelompok olahraga yang termasuk didalamnya adalah olahraga disabilitas. Hal itu tertuang dalam undang-undang tentang sistem keolahragaan nasional.
“Tetapi pemerintah juga tidak mungkin kemudian tiba-tiba memberikan bantuan tanpa tahu apa potensi dan apa kebutuhan dari atlet disabilitas itu sendiri, maka dua-duanya harus seimbang, satu sisi NPCI harus proaktif, kemudian juga dari dinas juga harus aspiratif,” terang politisi Partai Nasdem itu.
Menurutnya, hal yang harus pertama dibenahi dari permasalahan kurangnya pembinaan bagi atlet disabilitas ini adalah dari sisi organisasinya terlebih dahulu.
“Organisasi harus diisi orang-orang yang memang hobi olahraga, nanti secara otomatis dia akan mengembangkan olahraga-olahraga, kalau tanpa hobi olahraga ya pasti tidak akan mungkin punya keikhlasan waktu untuk meningkatkan apalagi mengembangkan berbagai cabang olahraga bagi disabilitas,” imbuhnya.
Kemudian, lanjutnya, pengurus NPCI juga harus memiliki tanggung jawab terhadap setiap cabang olahraga bagi atlet disabilitas.
“Karena setiap jabatan ada konsekuensinya. Yang pertama harus dilakukan adalah inventarisasi keanggotaan, lalu olahraga yang digeluti apa saja, sehingga bisa menentukan prioritas-prioritas cabang olahraga apa yang mau dikembangkan oleh para penyandang disabilitas di Purworejo,” katanya.
Setelah inventarisasi dan pemetaan itu selesai, kata Abdullah, maka langkah yang harus diambil kemudian adalah menyelenggarakan kompetisi. Kompetisi bagi atlet penyandang disabilitas tersebut memang idealnya harus ada setiap tahunnya, jika ingin sektor olahraga disabilitas mengalami kemajuan.
“Jadi tolok ukur prestasi dalam cabang olahraga itu salah satunya adalah harus ada kompetisi yaitu turnamen, buatlah turnamen secara rutin, secara berkala, apakah setahun sekali atau dua kali dan sebagainya, untuk mengukur prestasi dari masing-masing cabor, dari yang terbaik itu nanti diikutkan dalam jenjang kompetisi yang lebih tinggi misal tingkat provinsi hingga nasional, siapa tahu ternyata nanti kita punya bibit-bibit unggul di tingkat nasional bahkan internasional,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu,Martinho Dos Santos juga memberikan pemahaman kepada pengurus NPCI dan atlet disabilitas mengenai adanya dana hibah dari Pemda untuk bidang olahraga. “Menginformasikan mekanisme dan prosedur mendapatkan bantuan dana hibah dari pemerinrah daerah,” katanya.
Dikatakan, pembinaan dan pemberdayaan ini bertujuan untuk menggairahkan kembali olahraga bagi atlet disabilitas dan membina serta mengevaluasi program dan kegiatan yang dibuat pengurus NPCI Purworejo.
“Juga melakukan talent scoting terhadap atlet-atlet potensial berpretasi olahraga. Kira-kira itu point yang disampaikan pada pembinaan,” pungkasnya. (fid)