WONOSOBO, suaralama.id – Dinas PUPR menginiasi gerakan kolaborasi multi pihak dalam mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto, Luk Ulo dan Serayu. Program ini merupakan upaya dalam mencegah sedimentasi yang terjadi di Waduk Mrican. Wonosobo sebagai daerah hulu DAS Serayu yang harus diselamatkan.
Kepala Dinas PUPR Nurudin Ardiyanto mengatakan, kolaborasi multi pihak dalam mengelolas DAS Bogowonto, Luk Ulo dan Serayu atau Kompak Bolo Serayu ini merupakan inisiasi DPUPR. Menurutnya, upaya menyelamatkan DAS perlu dilakukan bersama demi mencegah sedimentasi di Waduk Mrican yang hari ini kritis.
“Dari Kompak Bolo Serayu ini bagaimana bisa mencegah sedimentasi dan bagaimana DAS bisa memberi manfaat yang berkelanjutan. Hal ini tentu butuh usaha yang tidak sedikit tapi kami tetap berproses agar tujuan ‘ngrumat berkahing Gusti’ bisa tercapai,” papar Nurudin usai memberikan paparan dalam Talkshow Sungai sebagai Halaman Depan di Pendopo Bupati, Selasa (9/8/2022).
Nurudin menambahkan, pihaknya akan segera menyusun road map dan masterplan untuk menjadi dasar semua pihak dalam berkolaborasi. “Misalnya PU lebih ke gerakan fisik untuk cek dam, bagaimana mencari tanaman yang memiliki nilai ekonomi seperti kentang itu dari sisi dinas pertanian. Nanti dinas LH yang melakukan sosialisasi dan masih banyak lagi,” imbuhnya.
Terkait dengan sedimentasi Waduk Mrican yang tinggi dan diprediksi akan bertahan dalam dua sampai lima tahun, menurut Nurudin hal ini juga perlu sentuhan dari pemerintah pusat. Kendati demikian, tetap harus mendapat dorongan dari pemerintah daerah untuk merumuskan apa yang bisa dilakukan oleh pusat.
“Selain itu perlu dorongan dari masyarakat di mana hari ini harus berperilaku menanam berbasis konservasi. Hal ini memang tidak mudah dan tidak bisa dilakukan secara kilat, namun kita tetap harus terus bekerja sampai Serayu keluar dari zona kritis,” ucapnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat dalam sambutannya. Dia mengatakan, kritisnya DAS Serayu ini harus mendapat perhatian dari banyak pihak jika tak ingin bahaya mengancam.
“Perlu kolaborasi untuk menangani masalah berat ini. Sungai Serayu kritis karena sedimentasinya tinggi, jika di hulu tak diselamatkan, dampaknya bisa kemana-mana. Tentu ke daerah yang dialiri, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap,” tutur Afif.
Begitu juga dengan Ketua Samitra Lingkungan Bhayu Surya yang mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya memelihara lingkungan sungai. “Wonosobo adalah hulu Serayu dan merupakan penyeimbang sedimentasi di Waduk Mrican. Jadi harus diperhatikan untuk pemulihan DAS semoga memberikan dampak yang baik,” tutup Bhayu.
Seperti diketahui, Sungai Serayu berhulku lereng dari Gunung Prau mengalir sepanjang 181 kilo meter melintasi Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Hari ini Serayu kritis, berdampak pada sedimentasi pada Waduk Mrican yang mencapai 88 persen. Data BPS tahun 2021 memperlihatkan, Serayu menjadi urat nadi kehidupan warga di lima kabupaten sejumlah 6,7 juta jiwa. (ang)