YOGYAKARTA, suaralama.id – Pandemi virus Corona benar-benar terasa dampaknya bagi maestro tari Didik Nini Thowok. Seniman tari dwimuka (berwajah ganda) yang tinggal di Jogja ini harus mengalami sepi tawaran mentas dan nyaris mengalami collapse atau bangkrut.
“Aku benar-benar hampir collapse. Waktu pandemi tawaran untuk pentas berkurang drastis. Padahal aku punya 16 karyawan dan mereka harus dapat gaji tiap bulan,” ungkap Didik Nini Thowok, di kediamannya, Selasa (14/9/2022).
Karena tak ada pemasukan dari hasil mentas, Didik terpaksa merumahkan sebagian besar karyawannya. Dia berkeyakinan kalau tidak kreatif dan inovatif berkarya saat pandemi dirinya bisa mati (karirnya). “Aku gak mau kayak gitu mas,” sambung Didik dengan tegas.
Tak hanya kesulitan menggaji karyawan, beberapa waktu lalu Didik juga mengalami masalah kesehatan yang serius. Sakit yang diderita membutuhkan pertolongan media berupa operasi. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ungkapan itu yang mungkin saat itu dirasakan Didik.
Di mata teman kuliah saat mengenyam pendidikan di ASTI Yogyakarta, Didik dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul, rendah hati dan suka membantu orang lain. Ternyata sikap demikianlah yang mengantarkan Didik lepas dari himpitan ekonomi saat pandemi.
“Aku jujur ya ini, waktu sakit kemarin dan mau operasi aku nggak ada uang jadi aku cari bantuan sana sini. Aku nembung (bilang) ke beberapa teman di sini dan yang dari luar negeri. Kalau gengsi malah menyulitkan diri sendiri, kan jadi mikirnya kok artis ngemis sih,” tutur pemilik Sanggar Tari Natya Lakshita itu.
Didik Nini Thowok mengakui dirinya benar-benar merasakan manfaat atas apa yang ia lakukan selama ini ketika pandemi. Didik meyakini bahwa berbuat baik kepada siapapun itu penting. Cepat atau lambat pasti akan menuai hasil atau berkahnya di kemudian hari. Hal demikian biasa disebut karma baik (balasan atas kebaikan).
Konten YouTube
Ketika Didik sepi tawaran pentas tari ditambah jumlah murid sanggar tari miliknya makin berkurang karena pandemi, Didik tetap memutar otak untuk mendapatkan pemasukan dan bertahan hidup.
![](https://suaralama.id/wp-content/uploads/2022/09/Screenshot_17-1024x576.jpg)
Didik menilai YouTube merupakan peluang berkreasi yang menjanjikan. Dia dan timnya akhirnya membuat konten untuk tayang di channel YouTube Didik Nini Thowok. Konten yang dibuat diantaranya podcast DNT, sehari bersama eyang dan sitkom (situasi komedi).
Didik menyulap ruang kerjanya yang berada di lantai tiga rumah menjadi sebuah studio podcast. Di ruangan tersebut terpampang berbagai foto atau gambar perjalanan karir sang maestro tari. Di program besutan Didik tersebut beberapa kali menghadirkan tokoh penting seperti Nungki Kusumastuti hingga Ganjar Pranowo.
“Aku punya karyawan 16 orang digaji UMR Jogja. Sanggar sudah punya 24 cabang di berbagai daerah. Makanya bagaimana caranya harus dapat pemasukan supaya bisa memberikan gaji. Makanya selama pandemi kita harus kreatif dan inovatif berkarya,” kata Didik.
Di penghujung obrolan, Didik Nini Thowok mengungkapkan seni tari di era dia dan era milenial seperti sekarang ini berbeda jauh kondisinya. Sekarang akses internet makin luas dan ditambah hadirnya YouTube membuat belajar tari semakin praktis.
“Dulu belajar tari itu ya secara langsung dengan gurunya. Aku pun begitu, kalau mau pentas tari Jepang misalnya, aku datang langsung ke Jepang. Kalau sekarang kan bisa nonton YouTube. Jadi yang sangat terasa itu prosesnya, dengan proses yang panjang hasilnya juga akan berbeda. Itu pasti,” pungkas Didik. (zal)