WONOSOBO, suaralama.id – Akses jamban sehat di 24 desa se Kecamatan Selomerto baru mencapai 76,22 persen. Kades dan lurah diminta terus melakukan pendataan terhadap warganya yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Camat Selomerto Suratman menjelaskan data akses jamban sehat dengan jumlah 24 desa baru mencapai 76,22 persen. Data tersebut terbagi di dua wilayah puskesmas.
“Puskesmas Selomerto 1 ada 14 desa, akses jamban sehat 88,2 persen. Masih ada dua desa dengan akses di bawah 70 persen yaitu Plobangan dan Gunungtawang. Di Puskesmas Selomerto 2 ada 10 desa dengan akses jamban sehat 64,24 persen. Masih ada dua desa dengan akses di bawah 40 persen yakni Ngadimulyo dan Adiwarno,” papar Suratman pada saat deklarasi Open Defication Free (ODF) di Kantor Kecamatan Selomerto, Senin (24/10).
Dikatakan Suratman, jumlah keluarga yang masih praktik BABS yaitu 3.472. Angka tersebut yang terdiri dari 1552 keluarga di Puskesmas Selomerto 1 dan 1920 keluarga di Puskesmas Selomerto 2. Untuk desa yang sudah ODF baru ada empat, yakni Wonorejo, Sidorejo, Pakuncen dan Kaliputih.
“Untuk itu kami mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat khususnya desa dan kelurahan yang belum mencapai target BABS 0 persen segera membuat payung hukum. Khususnya terkait pembongkaran sarana dan prasarana serta merangkul warga untuk merubah perilaku BABS,” tukas dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan dr. M Riyatno mengatakan pada akhir tahun 2022 ada sekitar 30 hingga 40 warga yang akan mendapat bantuan pembangunan jamban, yakni Ngadimulyo dan Karangrejo. Pihaknya juga mengapresiasi desa yang telah free ODF.
“Kami mendorong Kecamatan Selomerto segera menuntaskan hal ini dengan gotong royong supaya tak ada lagi masyarakat yang BABS. Kami minta tolong juga untuk kades dan lurah untuk melakukan verifikasi by name by address agar data makin valid,” kata Riyatno.
Hal senada juga dikatakan Wabup M Albar, dia mendorong agar Selomerto bisa menyelesaikan masalah tersebut secepatnya. Dia juga berharap masyarakat saling bergotong royong dalam pengentasan BABS.
“Jadi komitmen gotong royong jangan menggantungkan pada anggaran pemerintah, karena banyak rumah yang tidak miskin tapi tak memiliki jamban sehat. Ini agar lebih cepat selesai, kalau mengandalkan pemerintah akan lambat. Jadi yang kaya biar bantu yang miskin, yang miskin sadar pentingnya jamban sehat,” tutup Albar. (ang)