WONOSOBO, suaralama.id – Sejumlah siswa SMK Negeri 1 memproduksi film berjudul Sahid. Film ini berdasarkan kisah nyata tentang Sahid, siswa tuna rungu di sekolah tersebut. Hasil karya itu berhasil menyabet tiga penghargaan sekaligus dalam Festival Film Wonosobo (FFW) belum lama ini.
Sutradara Film Sahid, Nofa Dwi Timawan menjelaskan, film Sahid ini berdasarkan kisah nyata. Adalah Nur Sahid (17) tokoh utama dalam film tersebut, yang merupakan seorang penyandang tuna rungu.
“Sahid mengisahkan bagaimana seorang siswa disabilitas berada di lingkungan sekolah. Kemudian menceritakan juga bagaimana sudut pandang dia melihat teman-temannya dalam menerima dirinya,” jelas Nofa yang ditemui di sekolahnya.
Sahid, lanjut Nofa digambarkan dengan sifat rendah diri, pemalu dan menganggap dirinya tak setara.
Hal ini diperlihatkan melalui awal scene dengan adegan Sahid berdiri di atas ketinggian dan berniat untuk mengakhiri kehidupannya.
“Sahid dibelenggu oleh pikirannya tentang anggapan orang-orang yang tak mau menerima kondisinya. Film ini memberikan pesan agar setiap individu selalu bersyukur dan belajar dari teman-teman disabilitas yang memiliki semangat tinggi. Mereka juga setara tak ada bedanya dengan kita,” imbuh Nofa.
Nofa mengaku memiliki tantangan sendiri pada saat mengarahkan adegan pada Sahid. Bahkan dia pun awalnya ragu untuk menjadikan Sahid menjadi pemeran utama dalam film berdurasi 10 menit tersebut.
“Tapi setelah melakukan diskusi, kami putuskan untuk mengajak Sahid sebagai tokoh utama dan asli.
Ternyata bisa, kami juga belajar bahasa isyarat dan di luar ekspektasi ternyata aktingnya bagus dan mudah diberi arahan. Biasanya saya pakai tulisan untuk mengarahkan adegannya. Beberapa kali one take langsung bungkus malah,” kenang siswa kelas XII Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 ini.
Pada saat yang sama Produser Film Sahid Taufiq Hidayat menjelaskan, mula pembuatan film ini dari adanya info lomba FFW. Ada beberapa tema yang ditawarkan, namun pihaknya memilih topik soal setara.
“Kami coba bahas dan buat skenarionya. Kami ingin membuktikan bahwa di sini tak ada perbedaan antara siswa yang normal dan inklusi. Siswa yang disabilitas di sini hanya ada Sahid yang notabene penyandang tuna rungu, dan gayung bersambut dia mau menjadi pemeran utama,” ucap Taufiq.
Proses pembuatan film dari pra hingga paska produksi, lanjut Taufiq, hanya memakan waktu tiga minggu. Meskipun dengan persiapan yang singkat, namun kerja keras mereka membuahkan hasil. Terbukti memborong tiga penghargaan dalam FFW 1 2022/2023.
“Kami mendapat Best Actor yaitu Nur Sahid pemeran utama, Best Director Nofa Dwi Timawan dan Best Movie tingkat SMA se Kabupaten Wonosobo. Kami mengucap syukur dan berharap karya kami ini nanti bisa diikutkan dalam festival film lain.
Sekaligus ini menjadi penyemangat untuk lebih banyak berkarya,” kata Taufiq.
Sebagai produser sekaligus guru pembimbing, dia menilai Sahid di sekolah termasuk anak yang rajin. Kendati sempat terkendala dalam proses belajar mengajar, namun dia punya tips sendiri di saat memberi materi di kelas.
“Biasanya kalau bicara dengan Sahid itu pelan. Atau jika membutuhkan cepat, kami pakai teks. Sahid anak yang rajin, dulu dia sering whats app untuk menanyakan tugas. Dan kami juga tidak menyangka dia mudah diarahkan saat pembuatan film,” tutup Taufiq. (ang)