MAGELANG, suaralama.id – Bisnis tanaman hias dianggap memiliki hasil yang menguntungkan di tengah pandemi Covid-19. Mengingat permintaan tanaman hias berdatangan dari dua sisi, yakni penjual dan pembeli.
Atas dasar itu, pertemuan ketiga Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah (STMM) yang digagas Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) ini mengangkat topik tanaman hias. Bertempat di SMK Muhammadiyah 2 Magelang, Jumat (28/1), STMM diikuti 30 peserta.
Ketua MTCC Unimma, Retno Rusdjijati mengatakan, pandemi Covid 19 membawa peluang besar pada bisnis tanaman hias. Terlebih, saat masyarakat kebanyakan beraktivitas dari rumah, baik untuk sekolah maupun bekerja, justru menemukan kegiatan baru di luar rutinitasnya, salah satunya berkebun.
“Bisnis tanaman hias juga sejalan dengan program Gratieks (Gerakan Tiga Kali Ekspor) yang digagas Kementerian Pertanian untuk semua komoditas pertanian, termasuk tanaman hias,” ujarnya.
Adapun tanaman hias yang menjadi topik STMM kali ini ialah anggrek dan aglonema. Menurut Retno, anggrek berpeluang besar untuk dikembangkan secara komersial karena dinilai menguntungkan secara bisnis.
Sedangkan pada aglonema, Retno menilai, nominal penjualannya menguntungkan lantaran banyak dicari para penggemar tanaman. Tanaman ini unggul dalam hal pembudidayaan lantaran cepat beradaptasi dalam semua iklim.
“Produksi tanaman hias hingga triwulan II/2020, berdasarkan data BPS, mencapai 342,5 juta item. Adapun volume ekspor mencapai 4,2 juta kilogram atau setara US$ 12,2. Besarnya angka ekspor tanaman hias menunjukkan bisnis tanaman hias masih sangat terbuka,” terangnya.
Pada pertemuan ketiga STMM ini, instruktur pelatihan berasal dari SMK Muhammadiyah 2 Magelang selaku mitra utama dari MTCC Unimma. Adapun pelatihan diharapkan bisa meningkatkan serapan pasar, kualitas dan kuantitas produksi, serta kesejahteraan petani tembakau lewat agrobisnis tanaman hias.
“Banyaknya masalah yang dihadapi dalam penyiapan SDM pertanian di Indonesia senantiasa menjadi perhatian MTCC Unimma. Apalagi sampai saat ini, fakta menunjukkan bahwa kesejahteraan petani tembakau selalu ada dalam pihak yang dirugikan,” pungkas Retno.
Penulis: Asef Amani