WONOSOBO, suaralama.id – Revolusi sains dan teknologi informasi melahirkan disrupsi atau perubahan besar-besaran bagi umat manusia.
Oleh karena itu dibutuhkan penguatan aspek religiusitas Islam yang mencerahkan sebagai panduan hidup benar, lurus, dan autentik sekaligus membawa kemajuan yang maslahat.
Demikian yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr Haedar Nashir, M.Si saat mengisi pengajian Ramadan 1443 H/ 2022 M yang digelar daring Selasa-Kamis (5-7/4/2022).
Pengajian daring yang mengusung tema “Religiusitas Islam di Era Disrupsi” itu diikuti oleh PW Muhammadiyah dan PD Muhammadiyah se-Indonesia. Tak terkecuali Penasehat dan Anggota Pleno Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo.
“Agama di era disrupsi dunia postmodern seperti saat ini mampu hadir mencerahkan kehidupan manusia,” ungkap Haedar. Dia memperkuat gagasan itu dengan pendapat sosiolog Bryan Wilson tentang “Religion in Secular Society”.
Disebutkan Haedar, menurut Bryan masyarakat modern yang sekuler sejatinya masih terdapat tempat pada kehadiran dan pengaruh agama, sebab masyarakat yang sepenuhnya sekuler belum ada.
Dia menambahkan, Muhammadiyah saat ini penting hadir dengan pandangan dan isu-isu keagamaan yang mencerahkan, yang membangkitkan kesadaran keislaman yang wasathiyah berkemajuan.
“Para tokoh dan ulamanya jadi suri teladan, bukan pengirim kegaduhan dan keresahan. Hidup damai, adil, tengahan, toleran, dan rendah hati menjadi budaya dan
perilaku luhur keseharian umat beragama,” papar Haedar.
Selaras dengan tema yang diangkat di atas, Haedar juga menjelaskan Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu 2019 yang melahirkan Risalah Pencerahan.
Risalah tersebut sebagai bagian dari pandangan Islam Berkemajuan untuk menjadi panduan keberagamaan yang mencerahkan khususnya di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.