WONOSOBO, suaralama.id – Sejumlah pasar hewan di Wonosobo ditutup, demi mencegah wabah PMK yang makin meluas. Jangka waktu pasar hewan tidak beroperasi tergantung dengan hari pasarannya masing-masing. Penutupan dikeluhkan oleh beberapa pedagang ternak.
Sembilan pasar hewan di Wonosobo tidak beroperasi untuk beberapa waktu. Di antaranya adalah Pasar Hewan Wonolelo, Pasar Hewan Kertek, Pasar Hewan Sapuran, Pasar Hewan Kaliwiro, Pasar Hewan Kepil, Pasar Hewan Wadaslintang, Pasar Hewan Sapuran, Pasar Hewan Kalibawang dan Pasar Hewan Binangun Watumalang.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Paperkan Sidik Driyono mengatakan jangka penutupan pasar hewan berdasarkan dengan hari pasarannya masing-masing. Seperti diketahui, pasar hewan beroperasi pada hari-hari tertentu menganut tanggal pasaran Jawa, misalnya saja tiap kliwon yang buka Pasar Kertek, Wadaslintang dan Sapuran.
Sidik memaparkan untuk Pasar Kertek ditutup mulai Jumat (3/6) kliwon hingga dua kliwon berikutnya, yaki 8 dan 13 Juni. Sedangkan Pasar Hewan Wonolelo sudah tutup sejak 30 Mei yang menurut pasaran masuk pada manis, hingga 4 dan 9 Juni mendatang.
“Penutupan kira-kira dua minggu tiap pasar. Karena PMK itu ada masa inkubasinya seperti corona, jadi 2-14 hari, mudah-mudahan segera mereda,” papar Sidik saat ditemui di Pasar Hewan Kertek, Jumat (3/6).
Dia membeberkan penutupan pasar ini dipicu karena meluasnya penyakit mulut dan kuku di Wonosobo. PMK sudah terdeteksi sejak tanggal Minggu (8/5) lalu, di mana ada 7 ekor domba dan 5 ekor kambing yang diambil sampel darah dan swab, hasilnya satu ekor kambing dan dua ekor domba positif PMK.
Sidik menjelaskan data per Kamis (2/6) menyebut ada terduga 188 hewan ternak suspek yang dilihat dari gejalanya. Jumlah tersebut meliputi 168 ekor sapi, delapan ekor kerbau, lima ekor kambing, dan tujuh ekor domba.
“Sedangkan yang dinyatakan positif PMK setelah cek lab ada 11 ekor, terdiri dari satu kambing, dua domba, tiga kerbau dan lima sapi. Semua sudah diobati, membaik 20 ekor, sakit 167 masih dalam perawatan dan terjual satu ekor,” papar Sidik.
Jelang Idul Adha pada bulan Juli mendatang, lanjut Sidik, dia mengaku agak was-was sebab kini agak sulit mencari hewan ternak yang sehat. Padahal, kata Sidik, rekomendasi fatwa MUI ternak untuk kurban hewan ternak harus sehat, sekalipun daging hewan yang terkena PMK masih bisa dikonsumsi.
“Kalau tidak sehat nanti masuknya sodakoh. Semoga sudah membaik semua jadi bisa menjalankan ibadah kurban dengan semestinya. Hewan PMK aman dikonsumsi asal jangan dicuci tapi langsung direbus dan disarankan dibuang pada bagian kepala, mulut dan kaki,” imbuhnya.
Sidik mengimbau pada masyarakat agar ternaknya tetap sehat melakukan lockdown pada kandang, artinya tidak sembarangan keluar masuk kandang. Selain itu disarankan untuk tidak membeli ternak baru, yang belum terjamin kesehatannya. “Sebelum masuk kandang kondisi tubuh harus bersih, sering membersihkan kadang dan disemprot didisinfektan,” ujarnya.
Sementara untuk hewan yang sudah terlanjur terkena PMK, bisa dilakukan perawatan sendiri. Caranya dengan memberi air garam pada hewan yang sariawan, kaki disemprot disinfektan air kapur dan asam sitrat. “Kasus PMK ini angka kematian rendah tapi angka penularan tinggi jadi kita harus melakukan terapi suportif terhadap ternak. Kalau sariawan kan tidak enak makan, biasanya hewan bisa disuapi,” papar Sidik.
Dia berharap masyarakat terdampak bersabar akan penutupan pasar hewan ini. Perlu ada sinergi untuk pengentasan PMK, pihaknya juga mengaku akan berupaya sekuat tenaga demi pencegahan PMK. “Semoga masyarakat bersabar kita sedang kena wabah PMK. Mari kita jalan bersama ya petugas dan pedagang, mereka juga harus bisa tlaten merawat ternak, sambil menunggu semoga ada vaksin untuk PMK,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu pedagang domba Dwi (50) mengeluh atas penutupan sejumlah pasar hewan di Wonosobo. Dia bingung akan menjual dagangannya kemana, padahal ia pun mengambil dari petani yang ada di seputar tempat tinggalnya di Desa Ngadisuko, Kertek
Dia juga mengklaim seluruh domba yang dijualnya dalam kondisi sehat berdasarkan tes PCR yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu. Dia berharap pasar hewan segera buka. “Jangan lama-lama tutupnya, syukur-syukur sampai dua pasaran saja. Semua kena dampak, baik pedagang dan petani,” tutur Dwi kepada Suara Merdeka.
Senada dengan Sumardi (60) yang mengeluhkan harga jual domba turun sejak wabah PMK. Semula dia menjual domba paling murah seharga Rp2,5 juta kini turun menjadi Rp2,4-Rp2,3 juta. “Saya harap segera pulih, cepat buka lagi karena ini sudah mau Idul Adha, biasanya kami para pedagang ternak akan mendapat harga bagus pada musim tersebut,” ucap Sumardi. (ang)